“Think..” Panggil arif berteriak saat Qthink bersepeda melintas di depan rumahnya.
kurus dan berjerawat. model rambutnya juga seperti anak sekolah di jaman itu. belah tengah. biasa saja. itu yang akan orang nilai pertama kali dari Qthink.
dia kemudian berputar dan menghampiri arif, cowok gemuk tinggi berambut cepak. Pagi itu, arif seperti pagi hari lainnya, ia sedang memberi makan ayam kesayangan ayahnya. "biar cepat gemuk lalu kupotong...hmmm" begitu pikirnya. Kandangnya besar untuk ukuran 1 ayam. Tapi seperti pada umumnya, toilet dan ruang tamunya jadi satu ruangan. dan tanpa mushola. kandangnya ditaruh dekat pagar rumah yang tidak sebanding dengan rumahnya yang tergolong cukup besar untuk ukuran rumah-rumah di sebuah kompleks. “Diterima di mana, lo??” Tanya arif yang masih berkutat memberi makan ayam.
kurus dan berjerawat. model rambutnya juga seperti anak sekolah di jaman itu. belah tengah. biasa saja. itu yang akan orang nilai pertama kali dari Qthink.
dia kemudian berputar dan menghampiri arif, cowok gemuk tinggi berambut cepak. Pagi itu, arif seperti pagi hari lainnya, ia sedang memberi makan ayam kesayangan ayahnya. "biar cepat gemuk lalu kupotong...hmmm" begitu pikirnya. Kandangnya besar untuk ukuran 1 ayam. Tapi seperti pada umumnya, toilet dan ruang tamunya jadi satu ruangan. dan tanpa mushola. kandangnya ditaruh dekat pagar rumah yang tidak sebanding dengan rumahnya yang tergolong cukup besar untuk ukuran rumah-rumah di sebuah kompleks. “Diterima di mana, lo??” Tanya arif yang masih berkutat memberi makan ayam.
“belum terima suratnya tuh. Lo
sendiri, emang udah tau diterima dimana?”.
“gw dapet dong di SMA 1.” jawab Arif bangga. “baru tadi pagi suratnya nyampe.” lanjutnya.
“wuih..keren dong. mudah-mudahan gw
juga dapet disana deh. lumayan, ada barengan”. Harap Qthink
“gila juga lo kalo diterima disana
juga. Berarti kita barengan lagi dong. SD, SMP, SMA. itu keren banget sumpah.” Kata Arif
riang. Tapi hanya sesaat, mimiknya berubah kaget saat jempol tangan kanannya
dipatok ayam.
”hahaha…rasain lo. lagian tu jempol kaya lengkoas sih...ya udah gw balik
dulu yah.ga sabar nih pengen tau.” ucap Qthink sambil bergegas mengayuh sepedanya kembali.
“kabarin gw ntar ya” teriak Arif agar
terdengar Qthink yang semakin menjauh sambil mengelus jempolnya.
**************
Sempat bercita-cita jadi security kompleks, pagi itu seperti biasa, selepas keliling kompleks yang jadi rutinitasnya di pagi hari sejak libur sekolah, Qthink
langsung membanting sepeda federal kebanggaannya. hadiah dari bude nya yang punya 5 sepeda, tapi ga pernah dipakai sepupu-sepupunya. warnanya udah ga asli, dicat hijau ga karuan. bentuknya pun sudah dimodifikasi. stang nya memakai stang motor harley milik ayahnya yang belum kesampaian memiliki motor Harley Davidson. ban depannya ukuran asli, namun band belakangnya memakai ukuran yg lebih kecil. karya seni katanya, abstrak. di depan pagar kayu yang lebih terkesan pagar seadanya, Harley Darsono, begitu sebutannya, tergeletak sembarangan bersama beberapa pasang sandal jepit yang
berserakan. Beruntung sepedanya terbuat dari besi, entah sudah berapa kali ganti sepeda kalau saja terbuat dari kaca. Ia cuek melewati ibunya yang super gemuk yang
sedang duduk di sofa ruang tamu lalu bergegas ke dapur yang letaknya dibagian
belakang rumah untuk mengambil air minum. Jelas sekali kalau dia tadi memacu
sepedanya dengan cepat karena nafasnya yang terengah-engah dan kaus belelnya hasil sablonan sendiri yg bertuliskan "anak band" dipenuhi keringat.. meski
terganggu oleh kedatangan anaknya yang seperti kucing kecebur got, dia tersenyum
dan memanggilnya. “Ndaaa…sini duduk. Ada surat penting.” perintah ibunya
sedikit berteriak.
Nda adalah panggilan Qthink dirumah. nama aslinya, Rendra.
Qthink duduk disebelah
ibunya. “ surat penerimaan murid SMA kan?” tanya Qthink masih terengah-engah sambil
mencoba meraih surat tersebut dari tangan ibunya.
Dengan cepat pula ibunya menarik
surat itu, membuka lipatannya lalu menunjukan isinya.”kamu diterima di SMA NEGERI 2 Cibinong.”
jelasnya yang tanpa rasa jijik mencium kening anaknya yang dijamin bau keringat.
“SMA 2 Cibinong?” tanya Qthink dalam
hati. Oh iya, dia teringat. “Itu SMA pilihan kedua. Berarti NEM gw ga cukup
masuk SMA 1. Ga bareng si Arif dah” Begitu pikirnya.
Lalu Qthink membalas senyum ibunya “Alhamdulillah,
yang penting dapet Negeri”. sambil sesekali melihat sekilas berita di TV yang masih hangat dengan kerusuhan Mei 1998.
” Lalu kenapa? kayanya ga seneng?” Tanya
ibunya dengan mimik heran.
“Nda ga ada temennya kalau disana. Soalnya
si Arief tadi bilang dia dapat di SMA 1.”
“ ya kan nanti malah nambah teman”.
Sahut si ibu.
Ada senyum senang di wajah ibu. bagi
mereka, masuk SMA negeri adalah sebuah keuntungan. biayanya terjangkau. Meski mereka tahu, kualitas sarana dan prasarananya kalah mentereng dari SMA-SMA swasta. Untuk
sekolah Negeri mungkin perbulannya hanya lima ribu sampai sepuluh ribu rupiah.
Bayangkan dengan sekolah swasta yang mencapai lima puluh ribu an perbulannya.
Hanya saja…. wajah Qthink mendadak seperti kebingungan..
“tuh sekolah tempatnya dimana ya?”
**************
Pagi, 12 Juli 1998. Jarum jam tangannya
menunjukkan pukul 07.15. padahal Qthink berangkat dari rumah jam 6 pagi. Dan dia
masih di angkot dalam perjalanan ke sekolah barunya. Hari ini ada orientasi
sekolah. Hari pertama, dan dia terlambat. “Orientasi akan di mulai jam setengah
delapan dan gw masih belum tahu kapan perjalanan ini sampai ke sekolah.” Begitu
pikirnya. Qthink belum juga tahu dimana letak sekolah barunya. Sebenarnya dia punya
kesempatan dua kali saat masa pendaftaran ulang. Tapi dia tak ikut datang.
Ia sibuk menghabiskan harinya belajar mengendarai
motor baru ayahnya. Hanya Ibunya yang datang mewakilkan.
Tapi pagi itu tampaknya bukan dia saja yang
terlambat. Dan jelas bukan dia saja yang bertanya tanya kapan sampainya. Penumpang di
angkot tersebut, yang semuanya juga berseragam putih biru, menunjukkan mimik
muka yang sama…bingung.
angkotnya berwarna biru. Jenisnya
seperti kijang dengan tempat duduk dua sisi dibelakang. Enam orang di sebelah
kanan, empat orang disebelah kiri, dua orang di pinggir pintu persis di
belakang posisi supir dan dua orang di kursi depan disebelah pak Supir yang
mencoba berkonsentrasi mengemudi sambil menghisap rokok kreteknya.
Qthink duduk di depan, disamping kanan pak
supir, disebelah kirinya seorang perempuan berkerudung yang dia duga juga akan
bersekolah disana. Dia naik setelah angkotnya sudah setengah perjalanan dari
terminal Cibinong. Tampaknya dia terburu buru, beberapa kali dia nampak masih
berdandan di kaca spion kiri angkot, dan beberapa kali juga supir angkot yang
sudah berumur dengan jumlah giginya yang mulai berkurang itu menegur karena
pandangannya ke spion jadi terhalang.
Mulanya Qthink mau bertegur sapa
dengan perempuan berparas cantik itu, tapi melihatnya yang masih sibuk
berdandan, dia memutuskan untuk menikmati saja lagu batak yang diputar melalui tape mobil meski ia kurang mengerti.
Untuk bisa sampai ke sekolah, Qthink
harus naik angkutan tiga kali. Dari rumahnya Di perumahan Tirta Mandala Depok,
dia harus ke simpangan depok, lalu naik angkutan yang ke cibinong. terakhir,
dari terminal cibinong Qthink melanjutkan lagi naik angkutan ini untuk sampai
ke sekolah.
Dalam perjalanan terakhir inilah
banyak pemandangan baru. Mulai dari jalan berkelok, lalu naik turun, sampai ke
banyaknya pohon bambu di sepanjang pinggir jalan. Teduh sekali. Kalau di
mirip-miripin, seperti perjalanan di puncak termasuk udaranya. Nama daerahnya, Cikaret-karadenen.
Q-think dengan yakin menduganya setelah melihat tulisan rute di kaca depan angkot. Daerah
sepi yang belum banyak kendaraan melintas.
sebelum pikirannya melantur kalo dia akan diculik secara massal, angkot berhenti.
satu persatu penumpang yang duduk dibelakang turun. Pak supir sibuk mengembalikan ongkos dari tas pinggangnya. Dari situ Qthink tahu bahwa lima ratus rupiah lah yang harus dia bayar. dia turun belakangan. Menutup pintu, lalu tatapannya di penuhi orang-orang berseragam putih biru. Ada yang setengah berlari masuk ke gerbang sekolah, ada yang masih duduk-duduk di taman halaman sekolah, Beberapa bergerombol. “Mungkin mereka memang dari SMP yang sama.”pikir Qthink.
satu persatu penumpang yang duduk dibelakang turun. Pak supir sibuk mengembalikan ongkos dari tas pinggangnya. Dari situ Qthink tahu bahwa lima ratus rupiah lah yang harus dia bayar. dia turun belakangan. Menutup pintu, lalu tatapannya di penuhi orang-orang berseragam putih biru. Ada yang setengah berlari masuk ke gerbang sekolah, ada yang masih duduk-duduk di taman halaman sekolah, Beberapa bergerombol. “Mungkin mereka memang dari SMP yang sama.”pikir Qthink.
Kecuali yang antri membeli batagor digerobak
yang berjualan di depan gerbang tentunya.
yakin bahwa orientasi pastilah belum
dimulai. dia memutuskan untuk menunggu diwarung yang persis ada di belakangnya.
Diseberang sekolah barunya. Menurutnya, menikmati sebatang rokok adalah hal yang paling tepat pagi itu.
Ya…Qthink adalah seorang perokok. Dan
itu sudah dia lakukan sejak kelas 1 SMP.Tapi teman-teman sebayanya sudah banyak
yang melakukan. Untuk para orang tua pastilah kaget dan marah bila mengetahui
banyak teman-teman sebayanya yang sudah menjadi perokok. Tapi dalam pergaulan,
Perokok di usia nya adalah hal yang biasa.
halaman Warung yang memanjang itu di penuhi sedikitnya 20
orang cowok ber putih biru yang juga Qthink duga dari SMP yang sama. Tertawa,
bercanda, gaduh sekali. Membuat dia bingung untuk masuk lebih kedalam. Pelayan warung
masih sibuk melayani anak-anak lain. Qthink memilih menunggu sambil jongkok di depan warung.
“lo masuk sini juga?” Tanya seorang
diantara mereka yang langsung menyapa. pertanyaan basa-basi yang didalam otak pasti akan menjawab "ya iyalah bego"
Badannya cukup besar untuk ukuran murid
yang baru lulus SMP, wajahnya seperti kodok dan pasti sedikit menyeramkan untuk
ibu-ibu. Yang orang mudah kenali adalah topinya dengan pet depan di naikkan ke
atas. Biasanya, murid murid SMP yang memakai topi seperti ini adalah
begundalnya. Sebutan kami untuk murid-murid nakal di SMP dulu.
menoleh kebelakang, lalu Q-think
menjawab dengan santai “iya..”
“ini semua temen-temen lo?” tambahnya
“kita semua dari SMP 1, nama gw
bagol.” dia kemudian menyodorkan tangan memperkenalkan diri. Mereka bersalaman
“serius? tapi gw kok ga kenal muka-muka lo semua? gw
juga dari SMP 1 nih”. Jelas Qthink
Dari gaduh perlahan sunyi. Qthink
tahu semua mata sedang memperhatikan pembicaraan mereka.
“Satoe?” Tanya Bagol seperti
mengkonfirmasi
“hah?”
“iya Satoe, satu Cibinong”
“pantes…gw 1 Depok hahaha. Gw Qthink”
Perkenalan singkat yang mencairkan
suasana.
Lalu Bagol memanggil temannya dan
menawarkan rokok yang rasanya tidak mungkin untuk ditolak.
“kenalin nih temen gw, kuncen.” Ucap
bagol memperkenalkan. Lalu Qthink berjabat tangan dengan kuncen. Cowok yang
lebih tinggi dan lebih enak dilihat wajahnya dari si Bagol. Ia memakai topi yang sama bentuknya sengaja disamakan dengan
bagol.
“woooy..kenalin nih temen baru kita.
Q-think, dari satu depok” teriak bagol ke semua yang ada di warung yang cuma Qthink
balas cengiran gak jelas, sedikit lambaian tangan dan kalimat “hey” yang
mungkin hanya beberapa orang saja yang mendengar. seperti malu-malu sungkan. khas orang jawa
****************
bel berbunyi, Qthink baru saja akan masuk
ke kelas. Sebuah ruangan di lantai satu bangunan yang bertingkat. Posisi bangunan
dibagian paling belakang sekolah. Kelasnya berada di tengah dari 3 kelas yang
ada di lantai itu. bertuliskan 1-6 di kaca jendelanya, bangunan kelas ini
tergolong baru, meski ada beberapa kelas yang cat nya terlihat sudah kusam.
Masih terngiang dalam pikirannya saat
memasuki area sekolah tadi. Ada tiga bangunan disekolah ini. tiga ruangan
seperti kelas di sebelah utara, tiga ruangan lagi disebelah timur. meja-mejanya dipenuhi tumpukan buku. sepertinya ruangan guru, lalu satu ruangan
terpisah di sebelahnya, lalu bangunan ini. Bangunan bertingkat dengan
masing-masing tiga ruangan setiap lantainya di sebelah selatan. Semuanya
mengelilingi lapangan. sepertinya lapangan upacara karena dipinggirnya ada
tiang bendera. Yang cukup mengganggu pikirannya adalah kondisi lapangan
tersebut. Rumputnya tinggi-tinggi, bisa mencapai lutut. Ucok baba bisa hilang
kalo masuk disitu. Bahkan bagian ujung rumputnya menempel di kaus kakinya. Sungguh
seperti tidak di urus. tipikal sekolah negeri.
dari depan
pintu, Qthink mulai mengamati kelas barunya. Berbeda dengan kondisi lapangan, Kelas
ini seperti baru dibersihkan. Terlihat dari lantainya yang bersih baru di pel meski wanginya sudah tak terasa. ada enam derat meja kebelakang dan empat deret meja kesmping. Di
belakang kelas, seperti murid-murid lainnya, ia melihat seorang murid sedang
menurunkan kursi dari meja.. Tanpa pikir panjang, Qthink kemudian memutuskan
untuk duduk disebelah laki-laki itu.. Meja ke lima dari depan, baris ke dua
dari kiri.
“gw duduk sini ya?” Tanya Qthink tetapi
seperti tanpa meminta persetujuan sambil menurunkan kursi.
“iyak, ga pape.” Jawab murid itu
dengan logat bahasa sunda yang kental.
“gw Qthink.” Ia menyodorkan tangan
“iya..yang tadi diwarung kan?”.
sambil mengulurkan tangan dia perkenalkan diri.
“gw Jacko.”
“oh..lo dari Satoe juga?”
“iyak..”jawabnya cengar cengir.
Jacko berkulit hitam legam, dengan
seragamnya yang agak sulit digambarkan, entah putih, abu-abu, atau nyaris coklat dan berambut belah tengah. Sedikit menyenangkan, karena
setiap berbicara selalu disertai cengiran ga jelas. Mungkin ia tipikal periang atau sering berimajinasi,
belakangan Qthink tahu bahwa Jacko gemar menghisap ganja.
“di kelas ini banyak yang dari Satoe,
jack?” Tanya Qthink sambil memperhatikan sekeliling yang tampaknya sudah akrab
satu sama lain.
“itu ada kojhay, sule, juga
cewek-ceweknya tuh, tapi gw juga lupa namanya.”Terangnya sambil menunjuk yang masih juga disertai cengiran ga
jelas.
“laaaah…gimana?”
“gw mah nongkrongnya ama yang cowo
doang. Ga kenal ama cewek-cewek.”Jawab jacko malah setengah bangga.
Mendengar jawabannya sebenernya membuat Qthink
ingin tertawa, tapi Jacko lanjut bertanya
“lo sendiri, emang ga ada barengan yang
dari 1 depok?”
“itu Adesti.” Jawab Qthink menunjuk
cewek kecil berambut panjang.
“ yang itu Dita, temen rumah gw juga.
cuma kenal gitu aja.” tambahnya enteng.
“montok juga yak?” sahut Jacko
tentang Dita
“yeee…cabul” celetuk Qthink yang
membuat mereka tampak lebih akrab.
Tak lama, masuknya seorang guru
pendek berambut botak menghentikan perkenalan mereka.
*********************
Pelajaran olahraga pertama di
langsungkan di pagi hari. hampir semua teman-teman dikelas 1-6 sudah saling
mengenal satu sama lain. Entah mengapa, di kelas ini semua berbaur dengan cepat.
tiga hari masa orientasi sepertinya sudah cukup bagi mereka untuk saling
mengenal.
Sepulang pelajaran olahraga, sesuai jadwal, siang
harinya langsung dilanjutkan belajar mengajar.
mereka menunggu jam belajar dengan
duduk-duduk di kantin sekolah. Sebuah kantin kecil yang hanya ada tiga
pedagang. Satu pedagang makanan ringan dan satu drum es tehnya, satu pedagang
batagor, dan satu lagi pedagang bakso. meja-meja dan kursinya sama seperti meja dikelas. hanya susunannya yang disesuaikan dengan tempat jajanan. beberapa murid pagi yang sedang istirahat masih ramai di kantin. anak-anak 1-6 lebih memilih duduk di pojokan tempat jajanan es.
“males banget nih cape-cape gini
disuruh belajar.” keluh Ipunk memulai pembicaraan. Cowo kurus kecil lulusan
sekolah pesantren di cianjur. Rambutnya yang cepak malah menambah kemungilan
dirinya.
“pulang aja yuk.” tambahnya. kemudian
Terdengar persetujuan beberapa orang.
“mending ketempat gw aja yuk.”ajak Qthink
“ada gele nya ga?” Tanya jacko. Gele
adalah sebutan kami untuk ganja yang di linting.
“tempat gw mah banyak yang dagang jack…patungan aja.” Jawab Qthink.
“Depok yah?”Tanya kodjay, cowok belah
tengah, dan seperti ada yang salah dengan caranya tampil keren. tampilannya sekilas seperti penyanyi dangdut
karena celananya yang cutbray. apalagi ditunjang wajahnya yang syahdu
“halaaaah…ga jauh kok. Lagian ntar
kan pulangnya bareng-bareng.” Kata Qthink merayu.
“udaaaah...yuk berangkat.”perintah
Qory, laki-laki dengan dandanan parlente. putih bersih dan menurut Qthink, dia selalu berpedoman bahwa kerapihan dinilai.
“kita cabut ke depok nih?” Tanya Ipay sambil berdiri mengikuti yang lain.
“iyeeee…nganterin lo balik.” Sela
Sule disambut tawa yang lain.
“ah…lu pada gila kali…kita cabut nih?
semua?” Tanya Ipay ragu dengan gaya bicaranya yang sepotong-sepotong seperti di
rangkai dulu sebelum berucap. Dia masih ga percaya sama rencana teman-temannya.
“gimana nih? jadi ga? gw juga males” Tanya Qory
tegas.
“gw mah ayo aja. Rumah gw deket ama
tempatnya Qthink.” timpal Yongki. Satu satunya dari mereka yang keturunan cina.
“wah kacau dah..baru pertama belajar,
begitu gurunya masuk, muridnya pada ga ada…ahahaha…asik asik…ayok dah.”kata
kodjay. Disambut bergegas oleh yang lain.
“ooi kampret…tungguin..gw blm bayar
es nih” teriak sule yang tiba-tiba jadi sibuk memasukin baju olah raga ke
tasnya. “Bejo… gw bayar besok aja, ye” teriaknya ke penjual es.
***********************
Usai menaiki jalan setapak yang
membuat rumah disekelilingnya terlihat kecil, anak-anak 1-6 itu menghentikan langkahnya. Jelas
sekali siang itu panasnya menyengat. tapi mereka tak ikut merasakan. Mungkin karena banyaknya pohon bambu
disekitar mereka. Ya, disebuah lahan besar, seperti bukit kecil dan bertanah
merah, mereka melarikan diri dari belajar mengajar hari pertama.
Usai menggelar koran sebagai alas
duduk, Sule yang berperawakan kurus, sedikit jerawat, dan berambut belah tengah
itu, memulai pembicaraan.
“adem beneeeeer. pas banget nih buat nyimeng. Nemu aja lu tempat
kaya gini Ndro” katanya kepada Qthink yang sedang asik memilin gele bersama Jacko
dan Qori. Sule satu-satunya yang memanggil Qthink dengan sebutan Ndro. Biasanya bernada
sama dengan cara Kasino dan Dono warkop memanggil Indro. Tidak jauh memang
dengan nama aslinya Qthink. Tapi jelas panggilan itu untuk memancing tawa yang
emang jadi cirinya Sule.
“berisik lo, le.” omel Ipay setengah berbisik sambil
membenarkan belahan rambut tengahnya. “ntar kedengeran orang. Mau lo di gep?”
tambahnya.
“ah, tinggal kabur aje. Paling juga
Qthink yang dikenal. Kita kan orang jauh.” jawab sule cuek.
GEP adalah sebuah istilah yang
artinya ketahuan.
“wah, die gak setia kawan. Solid
dong..jangan mentang-mentang orang jauh.” protes Ipay lagi yang kemudian
bergabung duduk disebelah Sule
“muke lo jauh.” celetuk Sule
“ ya kalo lo setia kawan, lo aja yang ikut ditangkep.”tambahnya enteng.
“udeh..udeh..lo berdua malah yang
berisik. Nyantai aja kenape…santai kaya di pantai, slow kaya di pulau” potong
kojhay.
“jadi inget kata Slank. Anak muda
harus sekolah, gak boleh menganggur. Untuk bekal dimasa depan, biar gede gak
jadi Preman.tsaaaah” tambahnya sambil bernyanyi.
“suara lo gak enak banget, jhay.
Hahaha.” cela tunggul sambil menyeka wajahnya yang juga berjerawat dengan handuk
kecil, di ikuti tawa yang lain.
“mulaaaaai…mulaaaaai.” jawab kojhay
sedikit kesal tapi malah menambah tawa.
“jack, udah jadi belum gele nya?”
bisik yongki.
“nih, bakar duluan deh.” jawab jacko
seraya menyerahkan lintingan gele yang sudah dibungkus menyerupai rokok. Hanya
saja, gele bentuknya tidak rata.Ujung yang dihisap lebih kecil daripada ujung
yang dibakar.
“sini, gw yang bakar deh.” pinta
Ipunk.
“itu beli tadi jadi berapa linting,
Think?” Tanya Ipay
“jadi berapa tuh? Delapan ya, Jack?” jawab
Qthink gak yakin.
“Sembilan tuh ama Ipunk satu.” jelas
Jacko
“dikit amat ceban cuma jadi sembilan.
Kalo beli di tempat gw mah bisa jadi dua belas.” sindir Ipay.
“ya lo beli aja di tempat lo sono…hahaaha” celetuk
sule sambil tertawa sendirian.
“mulaaaaai….mulaaaaai….” timpal Ipay
menirukan kojhay yang kembali disambut tawa yang lainnya.
Menghisap gele dalam-dalam, kemudian
seraya menengok ke atas seolah disana dapat menemukan jawaban, ipunk bertanya, “anak-anak yang ada dikelas gimana nasibnya yah?”
Seorang perempuan kecil berambut
lebat yang nampak sekali tidak proporsional dengan tubuhnya memasuki ruang 1-6
dengan tumpukan buku yang dipeluknya.
“loh..pada kemana nih yang lain?” tanyanya
kepada Arif, cowok kurus keriting yang kebetulan duduk berhadapan dengan meja
guru.
Arif hanya nyengir dan menoleh ke
suarna teman sebangkunya yang juga mengosok-gosok rambutnya yang pendek karena
bingung menjawab.
Seolah sudah sepakat, murid-murid
yang perempuan pun tidak ada yang
menjawab.
**************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar